Thursday, November 8, 2012

MEMANDANG DATA DALAM STUDIO PROSES PERENCANAAN DI KABUPATEN JEPARA


Data  merupakan apa yang ada di lapangan berupa fakta. Sedangkan informasi merupakan analisis lebih lanjut mengenai data dan kemudian disintesis sesuai dengan kebutuhan. Setiap individu mempunyai pemahaman yang berbeda mengenai suatu hal, tergantung bagaimana sudut pandang yang diambil untuk memahami segala sesuatu. Sama halnya dengan konteks data dan informasi, terkadang setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda dari data yang diperoleh. Sejauh mana telaah terhadap informasi dan ketajaman dalam analisis yang menentukan kekuatan pengetahuan dan pemahaman mengenai sesuatu yang kita temukan.
Mengapa data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman kita ?
Bagaimana data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman kita ?
Mari kita telusuri…….
Dalam memahami tentang wilayah studi, studio proses perencanaan merupakan tahapan awal dalam menjejakkan kaki untuk memahami sintesa data menjadi informasi. Banyak hal yang dapat diambil dari pasca-kegiatan lapangan, mulai dari memahami wilayah dan objek studi dari sudut pandang stakeholder yang berbeda posisi maupun dari sudut pandang seseorang yang masih dalam tahap pembelajaran. Pada kenyataannya terdapat banyak fakta yang ada di wilayah studi sebagai wujud data tetapi sejauh mana kita memahami tentang wilayah studi lah yang menjadi bagian penting. Terkadang informasi yang beredar di masyarakat baik melalui media massa maupun dari mulut ke mulut adalah hasil pengolahan data yang bahkan bisa saja berbeda antara informasi yang satu dengan informasi yang lain meskipun objek yang dibahas adalah sama. Mengapa? Itulah interpretasi, hasil pemikiran dan refleksi terhadap apapun yang mereka pahami. Sebatas apa yang diketahui, tidak dicoba telusuri untuk mengetahui apakah fakta di lapangan sesuai dengan informasi yang beredar.
Terkadang pengetahuan mengenai sesuatu khususnya dalam hal ini adalah wilayah studi, dapat berubah tergantung dari mana kita berusaha memahaminya dan dalam waktu yang berbeda. Data tahun sekarang bebeda dengan data lima tahun yang lalu. Up date data mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman wilayah studi. Oleh karena itu, keaktualan data dapat mempengaruhi banyak hal dalam memahami kondisi mengenai suatu wilayah, merumuskan permasalahan yang ada di wilayah studi dan untuk memberikan rekomendasi terkait dengan permasalahan yang ada.
Data mempunyai kekuatan yang mampu mengubah pola pikir, pandangan, pemahaman mendalam mengenai wilayah studi. Terkadang banyak data yang tidak kita temukan atau bahkan mungkin tidak kita kenali karena pendalaman dan pengetahuan dasar yang kurang. Sama seperti asumsi dan argumentasi yang pada awalnya dipertahankan pada saat pra-lapangan dapat berubah setelah menemukan berbagai kenyataan yang mengejutkan. Dalam kegiatan lapangan yang dilakukan, upaya pencarian data untuk diolah lebih lanjut, kelompok dibagi menjadi tiga kelompok kecil untuk mencari fakta lapangan untuk menemukan data yang sesuai dengan kebutuhan. Pencarian data pun dilakukan hingga pada saat akumulasi data, terdapat banyak hal yang ditemukan oleh salah satu kelompok yang mana data tersebut tidak diketahui oleh kelompok lain. Bahkan pada awalnya tidak kita duga sama sekali kenyataan tersebut menjadi bagian yang penting mengenai wilayah dan objek studi. Hal inilah yang akan membentuk pemahaman yang lebih mendalam mengenai wilayah studi. Hal ini seperti hikayat tiga orang buta yang belajar tentang anatomi gajah. Yang satu mengidentifikasikan gajah tipis karena dia memegang telinga gajah, yang satu mengatakan bahwa gajah seperti batang pohon karena dia memegang kaki gajah sedangkan orang buta yang terakhir mengatakan gajah panjang dan tidak terlalu besar karenan dia memegang belalai. Analogi ini hamper sama dengan pemahaman mengenai data dan informasi. Pemahaman mengenai suatu hal tidak boleh melihat dari satu sudut pandang tetapi perlu berbagai sudut pandang untuk mengenali data dan menginterpretasikannya menjadi informasi. Ketika pra-lapangan, kita memahami wilayah studi hanya sebatas sebagai wilayah yang mempunyai potensi sebagai “Sentra Seni Ukir Relief” dan berada di jalur utama Jepara-Kudus. Pada awalnya, kita hanya mampu mengasumsikan terkait dengan data dan informasi awal yang kita peroleh yaitu Desa Senenan (wilayah studi) mampu berkembang secara ekonomi dan ciri kekotaan yang muncul sebagai bentuk relalisasi dari potensi tersebut adalah berkembangnya bidang industri dan perdagangan. Memang, hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Pada tahap lapangan yang dilakukan, kita membenarkan informasi tersebut. Akan tetapi, muncul  fakta mencengangkan seperti masih banyak para pengrajin yang tidak mampu mengembangkan usahanya, banyak para pengusaha gulung tikar padahal usahanya berada di jalur yang strategis yaitu di Jalur Utama Jepara-Kudus dengan aksesibilitas yang tinggi. Mengapa? Karena mereka menganggap Pemerintah Kabupaten Jepara kurang tanggap terhadap eksistensi pengrajin dan pengusaha kecil. Inilah keluhan para pengrajin dan pengusaha kecil. Lalu apakah hal tersebut benar? Mari kita telusuri lebih dalam. Pemerintah Kabupaten Jepara menyatakan bahwa Kabupaten Jepara sebagai ”Kota Ukir” sudah melakukan berbagai macam bentuk rasa peduli terhadap keberadaan para pengrajin dan pengusaha kecil seperti melakukan promosi ke luar wilayah, menjadikan hasil kerajinan ukir Jepara sebagai bagian dari kerajinan meubel dan handicraft Indonesia, banyak mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan kreativitas para pengrajin. Lalu sejauh mana ukuran kurang tanggapnya Pemerintah ? Inilah wajah informasi, dari sudut pandang dua stakeholder yang terkait dengan aktivitas industri dan perdagangan di Kabupaten Jepara saja berbeda. Mempunyai dua wajah yang benar-benar berbeda. Selanjutnya, bagaimana mensintesis data menjadi informasi yang benar-benar sesuai kebutuhan lah yang memegang peranan agar kita tidak salah dalam memberikan rekomendasi.
 Pada proses perencanaan, ada berbagai sudut pandang yang perlu ditelaah dalam memahami permasalahan dalam ruang lingkup wilayah studi. Sudut pandang tersebut antara lain aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang tergambar secara spatial melalui kelengkapan infrastruktur serta fasilitas pendukung aktivitas masyarakat dalam ciri kekotaan suatu wilayah studi. Ketiga aspek ini seperti kaki, belalai dan telinga gajah yang apabila digabungkan dapat menjadi bagian tubuh gajah yang secara utuh dapat dipahami sesuai dengan ciri dan fungsi masing-masing anggota tubuh. Seperti contoh di wilayah studi kelompok 4 yaitu Desa Senenan. Data yang ada menunjukkan Desa Senenan sebagai satu-satunya desa yang mempunyai potensi yang tidak dimiliki desa lain di Kabupaten Jepara yaitu sebagai “Sentra Seni Ukir Relief”.  Perlu diketahui bahwa sentra ukir relief berada di belakang jalur utama Jepara-Kudus yang merupakan hasil perkembangan aktivitas industri  yang mendekati konsumen. Perkembangan aktivitas industri (baca: non polutan) di perkotaan dan mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar bahkan tenaga kerja dari luar Desa Senenan sendiri yang akhirnya menjadi warga Desa Senenan karena adanya asimilasi (baca: pernikahan) dengan warga Desa Senenan sehingga tidak ada permukiman khusus untuk para tenaga kerja dari luar wilayah. Dari kata sentra sendiri seharusnya ukir relief Desa Senenan mampu memasuki pangsa pasar wilayah Kabupaten Jepara maupun wilayah yang lebih luas lagi, tetapi bagaimana sentar ukir relief menjadi berkembang jika tidak didukung adanya infrastruktur yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih ada badan jalan yang rusak dan berlubang akibat dilewati kendaraan besar yang tidak sesuai dengan kapasitas jalan lingkungan. Lalu bagaimana potensi di bidang industri yang dapat mendorong meningkatnya perekonomian Desa Senenan dapat lebih berkembang jika beberapa pengrajin tidak mengembangkan kreativitas ukiran karena masih banyak para pengrajin yang tidak peduli dan tidak turut serta dalam penyuluhan dan seminar sebagai wujud upaya Pemerintah untuk mengembangkan kreativitas pengrajin. Apakah masih bisa dikatakan bahwa Pemerintah kurang tanggap? Bisa iya bisa juga tidak tergantung dari sudut pandang siapa kita melihat suatu permasalahan atau sejauh mana kita mau memahami kondisi dari dua stakeholder terkait. Iya jika kita mengetahui adanya kenyataan bahwa infrastruktur jalan di daerah industi ukir relief masih banyak yang berlubang. Bisa juga tidak jika kita melihat upaya pengembangan city branding Kabupaten Jepara sebagai kota ukir.  Ya, inilah wajah data dan informasi. Seperti apa kecantikan dan keindahanya, tergantung penilaian secara individual.
Hal di atas terkait dengan bagian wilayah studi di daerah sentra industri seni relief. Lalu bagaimana dengan bagian wilayah studi lainnya yang berada di belakang jalur utama Jepara-Kudus. Ya, daerah bengkel industri meubel. Untuk tetap mempertahankan eksistensi di bidang industri, para pengrajin menurunkan kualitas kayu yang diukir dengan cara banting stir mengubah kayu jati menjadi kayu yang biasa disebut kayu kampung. Bagaimana persepsi mereka terhadap Pemerintah? Sama seperti di daerah seni ukir relief. Apabila kita melihat dari sudut pandang para pengrajin yang menganggap Pemerintah kurang tanggap terhadap pengrajin dan pengusaha kecil mungkin hanya bisa dikatakan “Ironis …”. Ratapan pengusaha industri tidak terdengar oleh Pemerintah. Secara sudut pandang ekonomi perkotaan memang dua pandangan yang berbeda ini menjadi masalah yang cukup signifikan. Lalu bagaimana kita melihat aktivitas perkotaan yang ada,
*      Kota berkembang di sepanjang jalur utama Jepara-Kudus mengikuti pola ribbon-shaped city
*      Perdagangan ukir meubel timbul karena adanya aksesibilitas tinggi akibat adanya jalur utama Jepara-Kudus
*      Bengkel industri meubel tumbuh di belakang jalur utama Jepara-Kudus sebagai industri yang mendekati daerah pemasaran.
*      Munculnya berbagai fasilitas pendukung di sepanjang jalur utama Jepara-Kudus seperti fasilitas pendidikan seperti pre-school, SD dan lainnya, fasilitas olah raga seperti lapangan futsal.
*      Berkembang permukiman di belakang jalur utama Jepara-Kudus sebagai permukiman para pengrajin dimana pengrajin juga membuka home industry berupa industri meubel dan relief
Apabila melihat dari aspek spatial, ada banyak perkembangan di Desa Senenan yang menunjukkan progress dari  perkembangan kota.
Lalu, mengapa data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman kita tentang objek dan wilayah studi ? Singkatnya, data dan informasi yang beredar di masyarakat terkadang belum mampu mewakili dari kebutuhan data dan informasi karena kurang up to date terhadap kondisi dan masalah yang ada di wilayah studi. Informasi yang beredar di masyarakat luas terkadang juga belum mencerminkan kondisi yang ada di lapangan.
Bagaimana data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman kita objek dan wilayah studi ? Singkatnya, pemahaman dan pengetahuan mengenai objek dan wilayah studi yang kita peroleh dari informasi yang beredar di masyarakat luas kurang atau bahkan tidak sesuai dengan fakta yang ada di wilayah studi. Inilah yang akhirnya mengubah pola pikir dan pemahaman bahwa data dan informasi yang telah tersedia tidak sepenuhnya mampu mewakili setiap titik yang ingin kita kaji lebih lanjut. Untuk melihat sejauh mana tingkat keakuratan data dapat dibandingkan langsung di lapangan.
Sejauh mana kita melihat data, mengolah dan mensintesisnya menjadi informasi serta melihat dari sudut pandang apa yang menjadi bagian penting dalam memahami dan mengenali objek dan wilayah studi. Perlu pemahaman secara perspektif mata burung atau secara agregatif untuk memahami suatu kondisi dari objek dan wilayah studi. Jadi, data dan informasi memang dapat mengubah pemahaman dan pengetahuan kita tetapi perlu digarisbawahi bahwa hal ini bergantung pada seperti apa kita melihat suatu kondisi.


Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah STUDIO PROSES PERENCANAAN

No comments:

Post a Comment