Data merupakan apa yang ada di lapangan berupa
fakta. Sedangkan informasi merupakan analisis lebih lanjut mengenai data dan
kemudian disintesis sesuai dengan kebutuhan. Setiap individu mempunyai
pemahaman yang berbeda mengenai suatu hal, tergantung bagaimana sudut pandang
yang diambil untuk memahami segala sesuatu. Sama halnya dengan konteks data dan
informasi, terkadang setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda dari data
yang diperoleh. Sejauh mana telaah terhadap informasi dan ketajaman dalam
analisis yang menentukan kekuatan pengetahuan dan pemahaman mengenai sesuatu
yang kita temukan.
Mengapa data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman kita
?
Bagaimana data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan pemahaman
kita ?
Mari kita telusuri…….
Dalam memahami tentang wilayah studi, studio proses
perencanaan merupakan tahapan awal dalam menjejakkan kaki untuk memahami
sintesa data menjadi informasi. Banyak hal yang dapat diambil dari
pasca-kegiatan lapangan, mulai dari memahami wilayah dan objek studi dari sudut
pandang stakeholder yang berbeda posisi maupun dari sudut pandang seseorang
yang masih dalam tahap pembelajaran. Pada kenyataannya terdapat banyak fakta yang
ada di wilayah studi sebagai wujud data tetapi sejauh mana kita memahami
tentang wilayah studi lah yang menjadi bagian penting. Terkadang informasi yang
beredar di masyarakat baik melalui media massa maupun dari mulut ke mulut
adalah hasil pengolahan data yang bahkan bisa saja berbeda antara informasi
yang satu dengan informasi yang lain meskipun objek yang dibahas adalah sama.
Mengapa? Itulah interpretasi, hasil pemikiran dan refleksi terhadap apapun yang
mereka pahami. Sebatas apa yang diketahui, tidak dicoba telusuri untuk
mengetahui apakah fakta di lapangan sesuai dengan informasi yang beredar.
Terkadang pengetahuan mengenai sesuatu khususnya dalam hal
ini adalah wilayah studi, dapat berubah tergantung dari mana kita berusaha
memahaminya dan dalam waktu yang berbeda. Data tahun sekarang bebeda dengan
data lima tahun yang lalu. Up date data
mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman wilayah studi. Oleh karena itu,
keaktualan data dapat mempengaruhi banyak hal dalam memahami kondisi mengenai
suatu wilayah, merumuskan permasalahan yang ada di wilayah studi dan untuk
memberikan rekomendasi terkait dengan permasalahan yang ada.
Data mempunyai kekuatan yang mampu mengubah pola pikir,
pandangan, pemahaman mendalam mengenai wilayah studi. Terkadang banyak data
yang tidak kita temukan atau bahkan mungkin tidak kita kenali karena pendalaman
dan pengetahuan dasar yang kurang. Sama seperti asumsi dan argumentasi yang
pada awalnya dipertahankan pada saat pra-lapangan dapat berubah setelah
menemukan berbagai kenyataan yang mengejutkan. Dalam kegiatan lapangan yang
dilakukan, upaya pencarian data untuk diolah lebih lanjut, kelompok dibagi
menjadi tiga kelompok kecil untuk mencari fakta lapangan untuk menemukan data
yang sesuai dengan kebutuhan. Pencarian data pun dilakukan hingga pada saat
akumulasi data, terdapat banyak hal yang ditemukan oleh salah satu kelompok
yang mana data tersebut tidak diketahui oleh kelompok lain. Bahkan pada awalnya
tidak kita duga sama sekali kenyataan tersebut menjadi bagian yang penting
mengenai wilayah dan objek studi. Hal inilah yang akan membentuk pemahaman yang
lebih mendalam mengenai wilayah studi. Hal ini seperti hikayat tiga orang buta yang
belajar tentang anatomi gajah. Yang satu mengidentifikasikan gajah tipis karena
dia memegang telinga gajah, yang satu mengatakan bahwa gajah seperti batang
pohon karena dia memegang kaki gajah sedangkan orang buta yang terakhir
mengatakan gajah panjang dan tidak terlalu besar karenan dia memegang belalai. Analogi
ini hamper sama dengan pemahaman mengenai data dan informasi. Pemahaman
mengenai suatu hal tidak boleh melihat dari satu sudut pandang tetapi perlu
berbagai sudut pandang untuk mengenali data dan menginterpretasikannya menjadi
informasi. Ketika pra-lapangan, kita memahami wilayah studi hanya sebatas
sebagai wilayah yang mempunyai potensi sebagai “Sentra Seni Ukir Relief” dan berada
di jalur utama Jepara-Kudus. Pada awalnya, kita hanya mampu mengasumsikan
terkait dengan data dan informasi awal yang kita peroleh yaitu Desa Senenan
(wilayah studi) mampu berkembang secara ekonomi dan ciri kekotaan yang muncul
sebagai bentuk relalisasi dari potensi tersebut adalah berkembangnya bidang
industri dan perdagangan. Memang, hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang
ada. Pada tahap lapangan yang dilakukan, kita membenarkan informasi tersebut.
Akan tetapi, muncul fakta mencengangkan
seperti masih banyak para pengrajin yang tidak mampu mengembangkan usahanya,
banyak para pengusaha gulung tikar padahal usahanya berada di jalur yang
strategis yaitu di Jalur Utama Jepara-Kudus dengan aksesibilitas yang tinggi.
Mengapa? Karena mereka menganggap Pemerintah Kabupaten Jepara kurang tanggap
terhadap eksistensi pengrajin dan pengusaha kecil. Inilah keluhan para
pengrajin dan pengusaha kecil. Lalu apakah hal tersebut benar? Mari kita
telusuri lebih dalam. Pemerintah Kabupaten Jepara menyatakan bahwa Kabupaten
Jepara sebagai ”Kota Ukir” sudah melakukan berbagai macam bentuk rasa peduli
terhadap keberadaan para pengrajin dan pengusaha kecil seperti melakukan
promosi ke luar wilayah, menjadikan hasil kerajinan ukir Jepara sebagai bagian
dari kerajinan meubel dan handicraft Indonesia, banyak mengadakan penyuluhan
untuk meningkatkan kreativitas para pengrajin. Lalu sejauh mana ukuran kurang tanggapnya Pemerintah ? Inilah wajah informasi, dari sudut pandang
dua stakeholder yang terkait dengan aktivitas industri dan perdagangan di
Kabupaten Jepara saja berbeda. Mempunyai dua wajah yang benar-benar berbeda.
Selanjutnya, bagaimana mensintesis data menjadi informasi yang benar-benar
sesuai kebutuhan lah yang memegang peranan agar kita tidak salah dalam memberikan
rekomendasi.
Pada proses
perencanaan, ada berbagai sudut pandang yang perlu ditelaah dalam memahami
permasalahan dalam ruang lingkup wilayah studi. Sudut pandang tersebut antara
lain aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang tergambar secara spatial melalui
kelengkapan infrastruktur serta fasilitas pendukung aktivitas masyarakat dalam ciri
kekotaan suatu wilayah studi. Ketiga aspek ini seperti kaki, belalai dan
telinga gajah yang apabila digabungkan dapat menjadi bagian tubuh gajah yang
secara utuh dapat dipahami sesuai dengan ciri dan fungsi masing-masing anggota
tubuh. Seperti contoh di wilayah studi kelompok 4 yaitu Desa Senenan. Data yang
ada menunjukkan Desa Senenan sebagai satu-satunya desa yang mempunyai potensi yang
tidak dimiliki desa lain di Kabupaten Jepara yaitu sebagai “Sentra Seni Ukir
Relief”. Perlu diketahui bahwa sentra
ukir relief berada di belakang jalur utama Jepara-Kudus yang merupakan hasil
perkembangan aktivitas industri yang mendekati
konsumen. Perkembangan aktivitas industri (baca: non polutan) di perkotaan dan
mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar bahkan tenaga kerja dari luar
Desa Senenan sendiri yang akhirnya menjadi warga Desa Senenan karena adanya
asimilasi (baca: pernikahan) dengan warga Desa Senenan sehingga tidak ada
permukiman khusus untuk para tenaga kerja dari luar wilayah. Dari kata sentra
sendiri seharusnya ukir relief Desa Senenan mampu memasuki pangsa pasar wilayah
Kabupaten Jepara maupun wilayah yang lebih luas lagi, tetapi bagaimana sentar
ukir relief menjadi berkembang jika tidak didukung adanya infrastruktur yang
baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih ada badan jalan yang rusak dan
berlubang akibat dilewati kendaraan besar yang tidak sesuai dengan kapasitas
jalan lingkungan. Lalu bagaimana potensi di bidang industri yang dapat
mendorong meningkatnya perekonomian Desa Senenan dapat lebih berkembang jika
beberapa pengrajin tidak mengembangkan kreativitas ukiran karena masih banyak
para pengrajin yang tidak peduli dan tidak turut serta dalam penyuluhan dan
seminar sebagai wujud upaya Pemerintah untuk mengembangkan kreativitas
pengrajin. Apakah masih bisa dikatakan bahwa Pemerintah kurang tanggap? Bisa
iya bisa juga tidak tergantung dari sudut pandang siapa kita melihat suatu
permasalahan atau sejauh mana kita mau memahami kondisi dari dua stakeholder
terkait. Iya jika kita mengetahui adanya kenyataan bahwa infrastruktur jalan di
daerah industi ukir relief masih banyak yang berlubang. Bisa juga tidak jika kita
melihat upaya pengembangan city branding Kabupaten
Jepara sebagai kota ukir. Ya, inilah
wajah data dan informasi. Seperti apa kecantikan dan keindahanya, tergantung
penilaian secara individual.
Hal di atas terkait dengan bagian wilayah studi di daerah
sentra industri seni relief. Lalu bagaimana dengan bagian wilayah studi lainnya
yang berada di belakang jalur utama Jepara-Kudus. Ya, daerah bengkel industri
meubel. Untuk tetap mempertahankan eksistensi di bidang industri, para
pengrajin menurunkan kualitas kayu yang diukir dengan cara banting stir
mengubah kayu jati menjadi kayu yang biasa disebut kayu kampung. Bagaimana
persepsi mereka terhadap Pemerintah? Sama seperti di daerah seni ukir relief.
Apabila kita melihat dari sudut pandang para pengrajin yang menganggap
Pemerintah kurang tanggap terhadap pengrajin dan pengusaha kecil mungkin hanya
bisa dikatakan “Ironis …”. Ratapan pengusaha industri tidak terdengar oleh
Pemerintah. Secara sudut pandang ekonomi perkotaan memang dua pandangan yang
berbeda ini menjadi masalah yang cukup signifikan. Lalu bagaimana kita melihat
aktivitas perkotaan yang ada,
Kota berkembang di sepanjang jalur utama
Jepara-Kudus mengikuti pola ribbon-shaped
city
Perdagangan ukir meubel timbul karena adanya
aksesibilitas tinggi akibat adanya jalur utama Jepara-Kudus
Bengkel industri meubel tumbuh di belakang jalur
utama Jepara-Kudus sebagai industri yang mendekati daerah pemasaran.
Munculnya berbagai fasilitas pendukung di
sepanjang jalur utama Jepara-Kudus seperti fasilitas pendidikan seperti
pre-school, SD dan lainnya, fasilitas olah raga seperti lapangan futsal.
Berkembang permukiman di belakang jalur utama
Jepara-Kudus sebagai permukiman para pengrajin dimana pengrajin juga membuka
home industry berupa industri meubel dan relief
Apabila
melihat dari aspek spatial, ada banyak perkembangan di Desa Senenan yang
menunjukkan progress dari perkembangan
kota.
Lalu, mengapa data dan informasi bisa mengubah pengetahuan
dan pemahaman kita tentang objek dan wilayah studi ? Singkatnya, data dan
informasi yang beredar di masyarakat terkadang belum mampu mewakili dari
kebutuhan data dan informasi karena kurang up to date terhadap kondisi dan
masalah yang ada di wilayah studi. Informasi yang beredar di masyarakat luas
terkadang juga belum mencerminkan kondisi yang ada di lapangan.
Bagaimana data dan informasi bisa mengubah pengetahuan dan
pemahaman kita objek dan wilayah studi ? Singkatnya, pemahaman dan pengetahuan
mengenai objek dan wilayah studi yang kita peroleh dari informasi yang beredar
di masyarakat luas kurang atau bahkan tidak sesuai dengan fakta yang ada di
wilayah studi. Inilah yang akhirnya mengubah pola pikir dan pemahaman bahwa
data dan informasi yang telah tersedia tidak sepenuhnya mampu mewakili setiap
titik yang ingin kita kaji lebih lanjut. Untuk melihat sejauh mana tingkat
keakuratan data dapat dibandingkan langsung di lapangan.
Sejauh
mana kita melihat data, mengolah dan mensintesisnya menjadi informasi serta
melihat dari sudut pandang apa yang menjadi bagian penting dalam memahami dan
mengenali objek dan wilayah studi. Perlu pemahaman secara perspektif mata
burung atau secara agregatif untuk memahami suatu kondisi dari objek dan
wilayah studi. Jadi, data dan informasi memang dapat mengubah pemahaman dan
pengetahuan kita tetapi perlu digarisbawahi bahwa hal ini bergantung pada
seperti apa kita melihat suatu kondisi.
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah STUDIO PROSES PERENCANAAN
No comments:
Post a Comment