Thursday, November 8, 2012

DEFINISI KEMISKINAN


Dalam mendefinisikan kemiskinan, dapat menggunakan dua pendekatan secara umum yaitu secara ekonomi dan anthropologi. Pendekatan ekonomi mendefinisikan bahwa  konsumsi atau pengeluaran untuk indikator sosial seperti harapan hidup, kematian bayi, nutrisi, proporsi dana rumah tangga untuk makanan, buta huruf, rata-rata tingkat pendidikan, akses kesehatan dan air bersih digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok masyarakat miskin di bawah index of material welfare. Pandangan lain dari segi rural anthropologists dan social planners yang meneliti komunitas pedesaan menyebutkan bahwa variasi lokal dapat berpengaruh pada definisi kemiskinan mencakup kekurangan non-material dan perbedaan status sosial. (Wratten 1995; Satterthwaite 1995).
Pendekatan anthropologi menyebutkan bahwa kemiskinan tidak hanya diukur dari aset kepemilikan melainkan juga dari nilai-nilai yang merupakan dimensi kualitatif seperti kebebasan, keamanan, harga diri, hubungan sosial, kebebasan pengambilan keputusan, penjaminan hak oleh UU dan hak politik.
Pengertian kemiskinan secara lebih subyektif mempunyai 3 konsep yaitu vulnerability, entitlement dan social exclusion. Ketiga hal ini biasa digunakan dalam menganalisis lebih lanjut mengenai peningkatan risiko dari kemiskinan serta penyebab kemiskinan (Chambers, 1995).
Vulnerability adalah defencelessness, insecurity dan exposure to risk, shocks and stress serta dapat dikurangi dengan kepemilikan aset seperti investasi dan asuransi kesehatan serta pendidikan, aset produktif, aset uang maupun emas. Entitlement adalah cara komplek seseorang maupun rumah tangga dalam menggunakan sumber daya dalam jangka panjang.  Social exclusion adalah ketidakmampuan seseorang maupun kelompok dalam berinteraksi sehingga tidak mampu mengakses barang maupun pelayanan publik.  (ILO, 1996).
World Bank menyebutkan bahwa kemiskinan adalah fenomena multidimensional. Dimana masyarakatnya hidup dengan banyak kekurangan seperti: limited access to employment opportunities and income, inadequate and insecure housing and services, violent and unhealthy environments, little or no social protection mechanisms, and limited access to adequate health and education opportunities
Masyarakat tentu memiliki hak dalam mengakses kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidupnya. Kondisi dimana kebutuhan dasar tidak dapat terpenuhi menunjukkan bahwa itulah kemiskinan. World Bank menyebutkan bahwa pada tahun 2001, rata-rata masyarakat miskin tinggal di negara-negara berkembang dan lebih dari 1 milyar penduduk hidup dalam kemiskinan yang ekstrim dimana penghasilan tidak lebih dari US$1 perhari dan hampir setengah dari populasi penduduk dunia (2,8 milyar) berpenghasilan  kurang dari US$2 perhari.
Amartya Sen, Penerima India’s Nobel-prize mendefinisikan kemiskinan adalah a lack of freedom to lead the kind of life a person values. Kemiskinan bukan dipandang dari segi finansial semata melainkan terdapat banyak dimensi, antara lain:
·      Tingkat kestabilan pendapatan dan aset produktif.
·      Kemiskinan dalam mengakses  secure housing
·      Kemiskinan dalam mengakses  infrastruktur dan pelayanan publik
·      Tingkat safety nets dan perlindungan terhadap hak asasi
·      Poverty of power, participation and respect
Penyebab kemiskinan antara lain :
1.   Kemiskinan natural adalah keadaan miskin dari awal. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai.
2.  Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum.
3.   Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
World Bank menyebutkan bahwa terdapat dua kerangka dalam menganalisis urban poverty:
(i) Kerangka kerja kemiskinan yang meliputi pembahawan mengenai vulnerability dan asset ownership.
(ii) Karakteristik kemiskinan serta pengaruhnya secara global.
Banyak kajian mengenai deskripsi kemiskinan yang menjelaskan mengenai karakteristik dari kemiskinan. Akan tetapi, hal ini menjadi perdebatan karena batasan dan karakteristik antara masyarakat miskin pedesaan dengan perkotaan mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut perbedaannya,
a)    Rural Poverty
Di pedesaan, masyarakat disebut sebagai masyarakat miskin karena lahan yang mereka miliki tidak produktif sehingga tidak mampu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, masyarakat disebut miskin saat tidak mempunyai lahan dan hidup sebagai buruh tani saja.
b)   Urban Poverty
Masyarakat miskin perkotaan dibatasi pada masyarakat yang tidak mampu mengakses perumahan serta infrastrukturnya. Masyarakat miskin perkotaan bisa memiliki penghasilan lebih tetapi dikategorikan sebagai masyarakat miskin karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya karena mahalnya biaya hidup di perkotaan. Ketidakmampuan dalam mengakses perumahan formal akhirnya mendorong masyarakat miskin di perkotaan tinggal di slums dan perumahan informal.

No comments:

Post a Comment