Saturday, May 4, 2013

INTERAKSI KERUANGAN


A. PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang
Pusat kota mempunyai fungsi melayani daerah yang mempunyai hirarki di bawahnya. Hubungan antara hirarki tertinggi dengan hirarki di bawahnya akan memperlihatkan adanya interaksi keruangan. Interaksi keruangan dapat berupa akses dari daerah dengan hirarki di bawahnya dalam hal mengakses sarana dan prasarana dari pusat kota. Interaksi keruangan bisa pula terjadi dalam aspek ekonomi dimana masyarakat pada daerah pedesaan dapat menjual hasil buminya di kota dan hasil produksi barang dan jasa dari pusat kota dapat ditawarkan pada masyarakat desa. Atau mungkin dalam aspek sosial dimana tenaga kerja industri kota biasanya berasal dari masayarakat desa yang berniat mencari penghidupan yang layak di pusat kota.
Interaksi keruangan dapat memberikan dampak positif dalam mendukung perkembangan wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah tidak dapat berdiri sendiri, saling berinteraksi dan memberikan timbal balik yang positif atau bahkan dengan adanya interkasi keruangan antar kota A dan Kota B, mengakibatkan interaksi antara Kota A dan Kota C berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi adalah interaksi negatif.
Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari  3 satuan wilayah pembangunan (SWP). SWP I merupakan pusat pengembangan di Kota Brebes sebagai titik pertumbuhan Wilayah Pantai Utara (Pantura) terdiri dari Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari; SWP II dengan pusat pengembangan di Kota Ketanggungan sebagai titik pertumbuhan Wilayah Tengah meliputi Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec. Larangan, Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, Kec. Banjarharjo; serta SWP III dengan pusat pengembangan di Kota Bumiayu sebagai titik pertumbuhan Wilayah Selatan yang terdiri dari Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec. Paguyangan, Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem.
Keterkaitan antara kecamatan di Kabupaten Brebes antara lain dalam hal mengakses sumberdaya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Keterkaitan antar kecamatan dipengaruhi oleh jarak antar kecamatan dimana kecamatan dengan jarak paling dekat maka diasumsikan mempunyai interaksi keruangan yang erat.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai interaksi keruangan pada satuan wilayah pengembangan (SWP) SWP I yaitu Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Tanjung, dan Kecamatan Losari. Pemilihan SWP I sebagai wilayah pembahasan dalam laporan ini dikarenakan SWP I merupakan pusat Kabupaten Brebes sehingga interaksi yang terjadi antar pusat SWP I yaitu Kecamatan Brebes dengan kecamatan lainnya cukup kuat. Hal ini akan dianalisis lebih lanjut seberapa tingginya tingkat interaksi keruangan antar setiap kecamatan dalam SWP I.
2.   Tujuan dan Sasaran
Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai interaksi keruangan antar setiap kecamatan pada SWP I dengan pusat SWP I yaitu Kecamatan Brebes. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan dijabarkan menjadi tujuan antara (sasaran) agar dapat lebih terstruktur dalam pencapaian tujuan utama. Berikut adalah sasarannya:
a. Teridentifikasinya karakteristik SWP I di Kabupaten Brebes
b.  Teridentifikasinya potensi yang menjadi alasan terjadinya interaksi antar setiap kecamatan dalam SWP I dengan Kota Brebes yang merupakan pusat SSWP I.1 dan Kota Tanjung yang merupakan kota pusat SSWP I.2.
c. Teranalisisinya ukuran interaksi keruangan dan titik henti.
d. Tersusunnya kesimpulan

B.  KAJIAN LITERATUR : INTERAKSI KERUANGAN
Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang menitikberatkan pada tiga unsur, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan dan menganalisis interaksi antar unit keruangan, yang didasarkan pada adanya tempat yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat lain dan adanya hirarki diantara tempat-tempat tersebut.
            Dalam suatu wilayah, terdapat keterkaitan antara satu pusat dengan wilayah sekelilingnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak setiap barang atau jasa berada di setiap tempat. Hal ini sesuai dengan Central Place Theory yang telah dikemukakan oleh Walter Christaller, dimana perkembangan tempat pusat (sentral) tergantung pada konsumsi barang, yang dipengaruhi faktor penduduk, permintaan, penawaran, harga, kondisi wilayah, dan transportasi.
Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pusat dari wilayah lain apabila wilayah tersebut memiliki kelebihan dibanding yang lain, misalnya memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan.
            Menurut Morlok, akibat adanya perbedaan tingkat kepemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah, menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang, dan jasa antar wilayah. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain ini melalui jalur tertentu, yaitu suatu jaringan (network) dalam ruang, yang dapat berupa jaringan jalan. Sedangkan menurut Hurst, interaksi antar wilayah terlihat pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa. Transportasi merupakan hal terpenting karena sistem transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi dan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Sedangkan pergerakan pada dasarnya terjadi karena manusia senantiasa bergerak karena proses pemenuhan kebutuhan. Pergerakan ini terjadi karena tidak semua kebutuhan manusia tersedia di satu tempat, tetapi menyebar secara tidak merata dalam suatu ruang. Untuk melakukan pergerakan tersebut, penduduk dapat melakukannya dengan transportasi atau tanpa transpotasi (berjalan kaki). Pergerakan yang dilakukan tanpa transportasi biasanya berjarak pendek, sedangkan pergerakan dengan menggunakan transportasi biasanya berjarak sedang atau jauh.
Hal terpenting dari transportasi adalah aksesibilitas, artinya kemampuan atau keadaan suatu wilayah untuk dapat diakses oleh pihak luar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya aksesibilitas yang baik juga akan mendorong pihak swasta untuk menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan wilayah.
Pergerakan ini mempunyai dua variabel utama, yaitu asal dan tujuan. Asal merupakan tempat awal dari pergerakan tersebut dimulai. Sedangkan tujuan adalah tempat akhir yang ingin dituju dari pergerakan tersebut. Misalnya, asalnya dari rumah dan tujuannya adalah bekerja. Perbedaan pergerakan dapat disebabkan karena adanya perbedaan supply dan demand.
            Menurut Ullman, terdapat tiga kondisi yang mendukung terjadinya interaksi keruangan, yaitu :
o Complementarity atau ketergantungan karena adanya perbedaan supply dan demand antar daerah. Semakin besar komplementaritas, maka semakin besar interaksi yang terjadi.
o Intervening opportunity atau tingkat peluang yang merupakan daya tarik untuk dipilih menjadi daerah tujuan perjalanan. Semakin besar intervening opportunity, maka semakin kecil interaksi yang terjadi.
o Transferability atau tingkat peluang untuk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, yang dipengaruhi oleh jarak dan berkaitan dengan biaya dan waktu.
Untuk menghitung seberapa besar kuat interaksi ruang antara dua wilayah, maka digunakan model gravitasi.


Rumus :
Iij = PiPj / (dij)^b

Ket :
Iij          = Interaksi dua area i dan j
Pi         = Jumlah penduduk i
Pj         = jumlah penduduk j
dij         = jarak antar area i dan j
b          = eksponen jarak

Untuk menghitung titik henti digunakan rumus :
THy = j / (1+ akar pangkat b dari (Px/Py)

Ket :
Thy      = titik henti
j           = jarak antara kota x dan y
Px        = penduduk kota x
Py        = penduduk kota y
Dalam fisika, model gravitasi merupakan daya tarik-menarik antara dua kutub magnet. Sedangkan dalam hal ini, model gravitasi memberikan gambaran mengenai pola perjalanan di daerah tertentu pada saat tertentu. Model ini juga sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut, sehingga dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.

C.  PENTINGNYA ANALISIS INTERAKSI KERUANGAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Dalam perencanaan wilayah dan kota, interaksi keruangan dapat menjadi dasar dalam menyusun dokumen rencana. Hal ini dikarenakan interaksi menunjukkan seberapa kuat hubungan dan pelayanan dari kota pusat pelayanan, apakah sudah mampu melayani kota maupun desa yang ada di sekitarnya. Serta dapat membandingkan besarnya interaksi antara dua pusat kota atau lebih  yang menjadi pusat pelayanan sehingga kota di sekitarnya dapat ditentukan masuk ke dalam jangkauan kota pusat pelayanan yang mana.
Selain itu, interaksi juga dipengaruhi oleh jarak antara dua kota serta populasi yang merupakan massa kota. Semakin besar populasi semakin besar kemungkinan interaksi yang terjadi sedangkan semakin besar jarak semakin kecil interaksi yang terjadi. Sehingga untuk memperbesar interaksi dapat ditempuh dengan memperpendek jarak antara kedua kota melalui pembangunan akses baru. Selain itu, interaksi juga terjadi karena adanya potensi baik secara sosial, ekonomi maupun sumber daya baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia. Maka untuk meperbesar interaksi dapat dengan meningkatkan potensi. Sebagai contoh, Kota Brebes memiliki industri pengolahan bawang merah yang membutuhkan tenaga pengolah dan bahan baku dari kecamatan lain. Maka untuk memperbesar interaksi antara kedua kota perlu ditempuh dengan cara meningkatkan potensi pertanian bawang merah agar dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Interaksi yang terlalu besar dan tida terdapat hubungan timbal balik antara kedua kota, juga menunjukkan bahwa kota tidak mempunyai kemandirian. Dengan mengetahui tingkat ketergantungan suatu kota dari adanya interaksi, maka dapat memberikan penilaian mengapa terjadi ketergantungan. Oleh karena itu, diperlukan penggalian potensi daerah yang dapat dikembangkan sehingga mengurangi ketergantungan dengan tujuan bukan untuk mengurangi interaksi. Karena dua kota yang berdekatan pasti mempunyai interaksi keruangan.

D.  ANALISIS INTERAKSI KERUANGAN
1. Karakteristik SWP I
Ruang lingkup spasial dalam laporan ini adalah SWP I Kabupaten Brebes yang terdiri dari Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Tanjung, dan Kecamatan Losari.
Sumber : Bappeda Kabupaten Brebes, 2008
Gambar 1. Peta SWP I Kabupaten Brebes

Dalam RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2008-2029, SWP I merupakan pusat pengembangan di Kota Brebes sebagai titik pertumbuhan Wilayah Pantai Utara (Pantura). SWP I terdiri atas 2 (dua) subsatuan wilayah pengembangan (SSWP) yaitu SSWP I.1 yang terdiri dari Kecamatan Brebes, Wanasari dan Bulakamba dengan aktivitas pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, permukiman, pengelolaan kawasan pesisir dan pertanian. Kota Pusat pelayanan SSWP I.1 adalah Kota Brebes. Sedangkan SSWP I.2 meliputi Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Losari dengan kota pusat pelayanan SSWP I.2 adalah Kota Tanjung, aktivitas berupa aktivitas perdagangan dan jasa, konservasi kawasan pesisir dan pertanian.
2.  Potensi yang menjadi alasan terjadinya interaksi antar setiap kecamatan dalam SWP I dengan Kecamatan Brebes yang merupakan pusat SWP I.
            Kecamatan Bulakamba, Losari dan Tanjung mempunyai potensi di bidang pertanian lahan basah. Sedangkan Kecamatan Wanasari berpotensi dalam pertanian lahan kering. Sedangkan Kecamatan Brebes berpotensi dalam pengembangan budidaya peternakan. Di sepanjang jalan arteri primer diperuntukkan untuk pengembnagan kawasan industri besar dan menengah. Interaksi antar kecamatan dalam SWP I cenderung pada aktivitas perekonomian dimana hasil pertanian dari keempat kecamatan dijual salah satunya ke Kecamatan Brebes, sedangkan kecamatan Brebes yang merupakan kota pusat pengembangan mempunyai fasilitas umum yang lengkap, sehingga menjadi tujuan bagi para masyarakat Kecamatan sekitar untuk mengakses fasilitas yang ada. (RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2008-2027)
3.  Analisis interaksi keruangan
Untuk menghitung interaksi keruangan antar kecamatan,diperlukan data mengenai jumlah penduduk serta jarak antar kota yang akan dianalisis. Data jumlah penduduk merupakan gambaran massa perkotaa sedangkan jarak menjadi gambaran sejauh mana masyarakat, barang dan jasa melakukan perpindahan. Berikut data jumlah penduduk,
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Brebes,
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
Brebes
156116
2
Wanasari
138438
3
Bulakamba
158560
4
Losari
124345
5
Tanjung
96825
Sumber : Daerah Dalam Angka Kabupaten Brebes, 2010
Sedangkan jarak antar kecamatan terdapat pada matriks di bawah ini,


 Tabel 2. Matriks O/D

Brebes
Wanasari
Bulakamba
Losari
Tanjung
Brebes
0
2.98
10.84
25.78
21.79
Wanasari
2.98
0
7.86
27.49
23.28
Bulakamba
10.84
7.86
0
15.30
10.70
Losari
25.78
27.49
15.30
0
4.98
Tanjung
21.79
23.28
10.70
4.98
0
Sumber : Daerah Dalam Angka Kabupaten Brebes, 2010
Analsis Interaksi Keruangan : Model Gravitasi
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus gravitas
Dimana jarak antara dua kota berbanding terbalik dengan interaksi, sehingga semakin besar jarak antara kedua kota, maka interaksinya semakin rendah dan apabila semakin kecil jarak antara kedua kota, maka interaksinya semakin tinggi. Sedangkan besarnya interaksi berbanding lurus dengan banyaknya populasi. Semain besar populasi, semakin tinggi interaksi, dan sebaliknya.
Berikut adalah hasil perhitungan interaksi keruangan antara Kota Brebes yang merupakan kota pusat pelayanan SSWP I.1 dengan kecamatan lainnya  serta interaksi keruangan antara Kota Tanjung sebagai kota pusat pelayanan SSWP 1.2
Tabel 3. Besarnya Interaksi Keruangan dengan Kota Brebes

Kecamatan
 Interaksi dengan Kota Brebes
 Interaksi dengan Kota Tanjung
Keterangan
Wanasari
2,433,717,716.32
     24,733,004.14
Interaksi Wanasari dengan Brebes lebih besar daripada interaks dengan kota Tanjung
Bulakamba
210,660,197.98
         134,095,309.63
Interaksi Bulakamba dengan Brebes lebih besar daripada interaksi dengan Kota Tanjung
Losari
29,208,544.49
          485,464,130.62
Interaksi Losari dengan Brebes lebih kecil dari interaksi dengan kota Tanjung
Tanjung
31,836,144.00
-

Sumber : Analisis Penyusun, 2013

            Interaksi keruangan Kota Brebes terhadap kecamatan Wanasari dan Kecamatan Bulakamba lebih besar dibandingkan interaksi Kota Tanjung terhadap Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Bulakamba. Hal ini sesuai dengan RTRW Kabupaten Brebes tahun 2008-2027 yang menyatakan bahwa Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Wanasari masuk dalam pelayanan SSWP I1. Sedangkan interaksi keruangan Kecamatan Losari dengan Kota Brebes lebih rendah dibandingkan dengan Kota Tanjung, sehingga Kecamatan Losari masuk dalam jangkauan pelayanan SSWP I.2 yang berpusat di Kota Tanjung.


Analisis Interaksi Keruangan : Titik Henti
Sedangkan untuk titik henti interaksi antara kecataman dengan kota-kota pusat pelayanan SSWP I baik SSWP I.1 maupun SSWP I.2 berdasarkan perhitungan adalah
Tabel 4. Titik Henti pelayanan dari kota pusat SSWP I
Kecamatan
 Titik Henti dengan Kota Brebes
Prosentase Terhadap Jarak dengan kota pusat pelayanan (%)
Titik Henti dengan Kota Tanjung
Prosentase Terhadap Jarak dengan kota pusat pelayanan
(%)
Wanasari
1.535132907
51,51
                        10.60
45.54
Bulakamba
5.398944118
49.81
                             4.69
43.87
Losari
13.62219287
52.84
                             2.33
46.88
Tanjung
12.19020979
55.94


Sumber : Analisis Penyusun, 2013
 

Berdasarkan perhitungan di atas, titik henti dari Kota Brebes untuk pelayan Losari berhenti di Kecamatan Bulakamba dan bertemu dengan pelayanan dar Kota Tanjung ke Bulakamba dan Ke Wanasari. Dikarenakan interaksi dari Kota Brebes terhadap  Losari hanya berhenti di Kecamatan Bulakamba, maka kecamatan Losari masuk dalam pusat pelayanan Kota Tanjung. Hal ini sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten Brebes Tahun 2008-2027 yang membagi SWP I ke dalam dua subsatuan pengembangan wilayah dimana SSWP I.1 berpusat di Kota Brebes dan SSWP I.2 berpusat di Kota Tanjung.

E.   KESIMPULAN
Interaksi keruangan merupakan hubungan antara dua kota yang dapat menunjukkan keterkaitan keduanya dalam hal sosial, ekonomi maupun akses terhadap fasilitas umum. Interaksi keruangan yang besar menunjukkan bahwa keterkaitan kedua kota sangat erat. Sedangkan untuk interaksi yang bernilai rendah menunjukkan bahwa interaksi keruangan antara keduanya tidak begitu erat. Interaksi keruangan memiliki jangkauan yang diukur dan disebut titik henti. Dengan titik henti, dapat terlihat seberapa jauh jangkauan dari kota yang menjadi pusat pelayanan ke kota sekitarnya.
Pada dasarnya interaksi keruangan lebih digunakan untuk mengukur keterkaitan antara kedua kota dan jangkauan pelayanan dari kota pusat pelayanan sehingga kota yang tidak terjangkau dan mempunyai interaksi yang kecil terhadap kota pusat pelayanan maka tidak disertakan dalam kelompok satuan wilayah pengembangan tersebut.
Interaksi di Kabupaten Brebes selain dipengaruhi oleh potensi daerah juga dipengaruhi oleh jarak dan besarnya populasi. Interaksi berbanding lurus dengan jumlah populasi dan berbading terbalik dengan jarak.



4 comments: