Sunday, November 25, 2012

Cerpen : Harapan akan Cinta


Apa aku salah kalau terlalu berharap bahwa suatu saat Tuhan kan memberiku pangeran??? Must I wait too a long time?? Or look for you cause I really do need your love....? My God,, saving me!!

”Echa....!!” Chika masuk kamarku tiba-tiba dan mengagetkanku sehingga aku dengan segera menyembunyikan buku diary yang ada di pangkuanku.
            ”Ketok pintu dulu napa neng?” Sergahku dengan nada agak tinggi.
”Ngaget-ngagetin gue tau ga..”
            ”Iya iya,, sorry deh jeng.. Abisnya gue punya berita seru.”
            ”Berita apaan?” Ujarku masih sungkan dengan Chika. ” Palingan si Fariz lagi kan ?”
            ”Bukan tau. Ini bukan tentang gue. Makanya jangan emosi dulu.. Sorry deh yang tadi. It’s all ’bout you. Ini menyangkut jiwa lo Cha....” Kilah Chika meyakinkanku.
            ”Apaan ?” Tanyaku sambil menatap mata Chika.
            ”Jordan suka lo.” Ujar Chika.
            ”Hah???” Aku terpaku akan ucapan Chika.
            Jordan, Ya, dia dengan senyum misteriusnya saat mencetak angka kemenangan di tim basket sekolah. Dia dengan perawakan yang tegap dan atletis karena dia Juara I Karate tingkat Nasional dan dia yang selalu bisa memukau para gadis dengan gayanya yang katanya sih cool menyukaiku?? Seorang cewek yang tidak terlalu aktif dengan kegiatan ekskul, yang lebih suka berkutat pada buku dan laptop. Cewek yang pamornya jelas-jelas di bawah Jordan.
            Aku, Ezha Ayyusya Pradipta biasa dipanggil Echa. Anak kedua dari seorang ayah yang bernama Herlambang Robby Pradipta dan Ibu yang bernama Nensya Vina. Mempunyai seorang kakak yang tampan bernama Vega Adhy August Pradipta dan banyak digandrungi cewek-cewek di kampusnya. Aku merasa sangat bahagia mempunyai keluarga seperti ini, ditambah lagi ketiga teman dekatku. Clara, Chika, dan Sessy.
            Aku tak sedikitpun senang mendengar kabar dari Chika bahwa Jordan meyukaiku. Mungkin banyak yang akan bilang kalau aku itu aneh jika mengetahui bahwa aku tidak menaruh simpati pada Jordan. Disukai cowok setingkat Jordan tetapi aku biasa-biasa saja. Karena aku menyimpan alasan untuk tetap mempertahankan pendirianku.
            Bahwa aku memendam rasa untuk orang lain. Aku tekankan sekali lagi. Aku memendam rasa untuk orang lain.
**


            Di sekolah, cewek-cewek lain mulai menatapku tajam. Mulai dari teman seangkatan sampai adik-adik kelas pun melihatku tiap aku berjalan di lorong sekolah. Mereka begitu penasaran ingin melihat sosokku dengan cermat. Sosok cewek yang disukai Jordan, pentolan cowok keren di sekolah. Kabar Jordan menyukaiku telah tersebar bahkan guru-guru pun tau.
            ”Ezha,, kamu pacaran sama Jordan?” Tanya Ibu Kemala lembut pada saat istirahat, guru Fisika satu ini terkenal gaul soalnya selalu mengerti apa saja yang terjadi dengan anak didiknya.
            ”Tidak Ibu....” Aku menggeleng meyakinkan. ” Saya permisi dulu Ibu..” Aku berlalu dari hadapan Ibu Kemala.
            Tak tau kenapa aku tidak respect dengan pernyataan ’Jordan menyukaimu’ yang sering dikatakan teman-temanku.
**


            Siang ini aku makan di kantin. Biasanya aku kurang suka masakan kantin. Bukan karena tidak higienis. Bukan. Makanan kantin pasti terjamin kebersihannya. Tetapi aku lebih suka masakan mama. Biarpun mama sibuk dengan profesinya sebagai dokter gigi, mama tetap berusaha membuatkan masakan terbaiknya untukku dan kakakku.
Di kantin, aku tidak sendiri tetapi bersama ketiga temanku. Chika, Clara, dan Sessy.
”Cha, boleh aku bicara sama kamu?” Sapa Jordan dari balik punggungku.
            Aku menoleh ke arah suara itu..”Oh, lo mau ngomong apa? Tapi maaf sekarang gue ga ada waktu...” Jawabku, Aku mulai agak sedikit risih mendengar Jordan berkamu-aku denganku.
            ”Ga sekarang juga ga apa kok Cha, gue tunggu sampe lo punya waktu. Nanti malam gue connect lo deh Cha.” Sekarang dia kembali berlo-gue. Tetapi senyum dan tatapannya membuat aku cukup bersimpati. Aku tak pernah melihat tatapan Jordan selembut ini.
            “Ccciiieeeeeeeeeeeee…..........” Ketiga temanku serempak meledek.
            “Apaan sih?”
            Seisi kantin ternyata memperhatikanku sejak kedatangan Jordan sampai dia menghilang dari kantin pun semua tetap melihat ke arahku.
            “Lo sih berisik.. Pada merhatiin gue kan? Malu tau..” Aku agak berbisik kepada ketiga temanku.
**

            Malam ini aku kembali membuka diaryku. Menuliskan curahan isi hatiku.
            
Diary, apa aku salah kalau aku tidak menyukai Jordan sama sekali. Dulu aku berharap Tuhan memberiku pangeran, tapi itu bukan Jordan... Bukan Jordan yang kuharapkan... Melainkan...
Dio...

            Dio, lengkapnya Tren Dio Vaza. Sahabat kakakku. Dio anak dari teman papa. Anak tunggal dari Om Tren Andriano dan Tante Nindi Listya ini tumbuh sebagai sosok cowok yang tidak banyak berbicara. Namun, setelah aku mengenal sosoknya aku tau bahwa dia tak seangkuh itu. Senyumnya yang selalu memberi ketenangan batin membuatku yakin bahwa aku telah jatuh hati padanya. Apalagi jika kulayangkan pada memori masa lalu. Dia adalah cowok yang membebaskanku dari siulan nakal anak jalanan, mendekapku hangat saat aku ketakutan dan menangis karena digoda segerombolan anak jalanan. Membuatku melihat wajah khawatirnya padaku.
Sejak saat itu, Dio bagai malaikat di hidupku. Dia bagai simphony yang mengalun merdu mengisi hari-hariku. Melihatnya tertawa lepas membuat hatiku tenang. Aku ingin merasakan dekapannya lagi.
            Dio............. Sosok yang selalu aku dambakan untuk menjadi seseorang yang akan bersamaku dan menjagaku.
**

            ”Cha. Jadi, Lo nolak Jordan??” Sessy kaget setengah mati.
            Aku mengangguk membenarkan. ”Apa aku salah?” tanyaku lirih. ”Aku tak sedikitpun mencintainya, apa aku salah ga mau nerima cinta Jordan?” aku tak bisa menyembunyikan rasa takutku.
            ”Cha, lo ga salah kok...” Chika bersuara. Sedang Clara merangkulku erat, mencoba menenangkanku. Tak terasa air mataku menetes.
            Ketakutanku bukannya tak beralasan, sebelum teman-temanku kuceritakan bahwa tadi malam Jordan menyatakan perasaannya padaku dan aku menolaknya. Pagi ini, Gladis datang ke kelasku. Gladis, pemimpin kelompok Cheers di sekolahku mendatangiku saat melihat aku memasuki kelasku. XII Ipa 6. Dia marah-marah padaku.
            ”Lo ga tau diri ya Cha!!” Gladis menarik rambutku.
            ”Aw!!”
            ”Udah tau Jordan sayang ma lo, tapi lo..... Lo tu ga tau diri ya!! Gue yang suka ma Jordan sedih ngeliat Jordan, gue sakit... Sakit!!” Gladis berteriak sambil menangis. ”Gue udah cukup menahan sakit hati gue waktu Jordan cerita dia suka lo. Tapi gue bener-bener ga terima lo buat Jordan jadi gitu sekarang.”
            ”Emang Jordan kenapa..?”suaraku pelan.. Aku mulai khawatir akan keadaan Jordan.
            ”Alah!! Ga usah sok deh lo! Lo tu puas kan dah bisa buat Jordan suka sama Lo. Dan setelah Lo berhasil Lo tolak gitu aja!! Emang ya Lo,, sok alim tau ga!!”
            ”Dis, lo jangan gitu dong..! Parah banget sih lo. Kalo Echa nolak Jordan berarti dia ga suka ma Jordan, jangan maksain kehendak gitu aja!” Bela Fabian.
            ”Lo ga usah ikut campur deh Fabian. Ini ga da urusannya sama sekali ama lo!”
            ”Gladis. Sebaiknya lo pergi deh sekarang atau gue panggilin kepala sekolah!” Clara berusaha berkata dengan tenang tetapi penuh penekanan.
            ”Mau ngadu lo ya..Dasar!!” Gladis berlalu karena tak mau masalah ini jadi tambah panjang kalau sampai ke telinga kepala sekolah. Karena pastinya akan sampai juga ke telinga kedua orang tua Gladis. Dan mereka akan sangat malu dengan tingkah anak gadis mereka yang terkenal baik ternyata mampu marah-marah di hadapan banyak orang.


            ”Cha, tenang ya....!!!” Teman-teman akrabku berusaha menenangkanku. Bahkan semua teman sekelasku yang sudah datang pagi itu.
            Oh Tuhan,, berdosakah aku pada Jordan ??
**

            Hari Minggu ini aku tidak beranjak dari depan TV. Sebenarnya aku tidak fokus dengan TV, tetapi melayangkan pikiran-pikiranku pada Dio dan Jordan.
            ”Dek, Dio mau menikah.” Kakakku mengagetkanku dengan tiba-tiba duduk di sebelahku.
            ”Hah?” Aku terkejut setengah mati. Kata-kata kakakku membuyarkan lamunanku. Hatiku benar-benar tak karuan, perasaanku bergejolak. Naluriku ingin memberontak bahwa apa yang kudengar hanyalah angin yang berdesir dan segera berlalu.
            ”Sebenarnya Dio menolak dek. Tapi karena pertimbangan usaha orang tuanya dia menerima. Padahal Dio suka cewek lain, dia suka Laura.”
            Aku menatap kakakku. Dekat. Dia pun menatapku. Aku tau bahwa dia mengetahui perasaanku, mengetahui kegundahan hatiku. Mengerti bahwa aku menyimpan perasaan yang begitu dalam pada sahabat kakakku. Tren Dio Vaza.
            Kakakku merangkul bahuku karena aku terlalu lama terdiam, terpaku. Aku tambah makin tak karuan setelah mendengar Dio menyukai orang lain. Aku lemas. Kakiku mendadak terasa dingin bagai terendam air es.
            ”Kak.....” aku ingin mengatakan sesuatu tapi aku benar-benar tak kuasa untuk mengucapkannya.
            ”Heh? Kenapa? Adek,, yang semangat ya!!” kakakku mengusap rambutku kemudian beranjak dari sofa empuk yang dia duduki.
            Aku tau kalau dia akan membiarkanku menenangkan diri tapi aku menarik tangannya, mengisyaratkan bahwa aku tak mau dia berlalu. ”Kak...”
            Dia kembali duduk, ”Ada apa dek??”
            ”Kak, kamu tau sesuatu kan?”
            ”Aku kakakmu, mungkin aku bisa menangkap sorot matamu. Tapi, aku tak mengerti. Aku hanya bisa menebak. Tapi aku ga mau berspekulasi.” Dengan bijak dia menjelaskan padaku.
            ”Kak, aku mencintai..... Dio.” Aku tak ragu lagi mengungkapkannya. Selama ini aku terdiam perihal aku mencintai Dio dari keluargaku. Tapi, kali ini aku mengatakannya pada kakakku. Dan aku mulai menangis di bahu kakakku.
            ”Dek, aku tahu rasanya. Aku mengerti.. Karena terlalu lama menyimpan dan memendam perasaan membuat banyak orang tertipu dengan semuanya. Bahkan tak ada yang tau...”
            Aku menatap kakakku. Terlihat gurat-gurat kesedihan di wajah tampannya.
            ”Kak, siapa calonnya?” Desahku. Aku mulai berani bersuara. Walau aku takut mendengarnya tapi aku berusaha tabah. Membangun kekuatan karena pasti akan lebih sakit saat melihat Dio bersanding dengan cewek lain.
            ”Shandy...” Kakakku menunduk. ”Shandy Amanditta...”
            ”Hah?” Aku melotot tajam, kaget. Betapa aku dan kakakku memendam kesakitan.
Shandy Amanditta tak lain adalah cewek yang dicintai kakakku. Namun, dia tak berani mengungkapkan karena menunggu berlimpah materi (bukan dari orang tua), baru mengungkapkan perasaannya pada Shandy bahwa Shandy adalah bagian dari hidupnya. Dia juga tak menceritakan perasaannya pada siapapun kecuali padaku. Aku yang memendam rahasianya. Aku yang akhirnya juga sama-sama terjatuh dengan kakakku.
            Tuhan, mengapa ini terjadi? Aku dan Kakakku harus mengakhiri harapan akan kasih suci cinta yang selalu dijaga dalam hati. Kenapa?? Kenapa seperti ini?? Jelas-jelas bukan ini yang kuinginkan dan kakakku inginkan. Apa aku terlalu banyak menuntut padaMu Tuhan??
Semoga memang benar akan ada kasih dari orang yang pantas mendampingi kita berdua. Amin...!!!
***

Friday, November 23, 2012

Wish Upon A Star – Samantha Mumba


Remember when I said I wont miss u
The truth is that i do
I never stop thinking about u
We are meant together
The two of us are bound
Now it seems like forever
I cant get u off my mind

(Chorus)
If i could wish upon a star
Then i would hold u in my arms - menjaga
And i know we could love once again
If i could turn the hands of time
Then u would love me still be mine
Baby i would be right where u are
If i could wish upon a star

Its obvious and everyone can see
That baby u and i are truly meant to be
But nothings turn out right
If only i could make u realize
If only time  could give us
Just another chance
I’d prove it all to u

If i could wish upon a star
If i could turn the hands of time
Then i’d be in your arms again

(Chorus)
If i could wish upon a star
Then i would hold u in my arms
And i know we could love once again
If i could turn the hands of time
Then u would love me still be mine
Baby i would be right where u are
If i could wish upon a star

Thursday, November 22, 2012

Kepekaan dan Perubahan

Kepekaan seseorang terukur dari caranya mengenali perubahan. Orang dengan kepekaan tinggi akan mengenali perubahan meskipun perubahan itu hanya berjarak sedekat alfabet A ke B. Akan tetapi, ada juga orang dengan kepekaan kurang sehingga untuk memahami adanya perubahan perlu menunggu sejauh jarak alfabet A ke Z...
(Mustovia Azahro, Oktober 2012)


Kepekaan kita diuji saat kita merasakan perbedaan. Tetapi, terkadang kita tidak sadar akan adanya perubahan saat itu juga tetapi perlu waktu yang lama untuk memahami bahwa yang terjadi adalah perubahan karena g sikap manusia yang terkadang hanya berkutat pada dirinya sendiri.

Manusia tidak terlepas dari masalah kehidupan.
Saat mempunyai masalah, manusia membutuhkan kekuatan untuk bisa bangkit dan berdiri menyelesaikan permasalahan.
Saat mengalami masalah, otak dengan rasionalitasnya menginginkan bangkit, tapi terkadang hati susah untuk menerima masalah. Manusia didesain Allah dengan kekuatan untuk mampu bangkit menyelesaikan masalah. Kekuatan itu tumbuh dari adanya motivasi diri.
Siapa kira, masalah adalah cara Allah memperkenalkan kepada kita bahwa ada banyak jalan untuk mereduksi masalah dengan mengandalkan hati dan pikiran, tidak menutup mata juga bahwa orang lain juga memberikan andil meningkatnya kemampuan mengenali masalah dan menyelesaikannya. . .

Tuesday, November 20, 2012

For you

Thanks for always beside me..
Right now, i really need someone who loves me..and i love..

For you : ADSA

eventhough we are not the same and i know it
we have different ways.. different point of view even ideology
can we hold each others hand together in this world and be as one..??

You say " we are not the same in everything but we are the same in love"

With you.. Beside you
Wherever..
It will be a better place
and
the place for us to be one..


catatan tanggal 21 November 2012


Saat aku merasakan hadirnya cinta di hidupku,
tepat 448 hari yang lalu, cinta itu hadir mengisi kekosongan hati..
tiga hari kemudian, 24 Agustus 2012
ditemani matahari sore yang hangat
cinta itu benar-benar menetap dalam hati..
cinta itu tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu..
tak bisa ditahan, tapi terus tumbuh…
tumbuh..
tumbuh dan selalu tumbuh.. mengikuti alunan waktu yang berjalan pelan merambat..
Cinta itu tak dapat ditahan, semakin besar dan membuncah laksana air bah,
tapi itu bukan bencana, itu adalah anugerah..
kuberusaha akan selalu menjaganya.,
saat aku menapaki alur kehidupan,
terkadang naik dan terkadang turun..
tapi saat aku ingat cinta, aku harus selalu tegar
berjalan beriringan..
mengingat asaku yang harus kukejar…
tanpa lelah,
ku selalu berharap cinta itu selalu ada..
karena
cintaku lah penyelamat hatiku…

Sunday, November 18, 2012

Informal Settlements : Production and Intervention in Twentieth-Century Brazil and South Africa Oleh : Marie Huchzermeyer



Pendahuluan
Permukiman informal (favelas) di Brazil terbentuk akibat ketidakmampuan sistem ekonomi politik dalam memberikan pelayanan terhadap penduduk perkotaan. Sehingga terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan respon masyarakat terhadap bentuk spasial perkotaan.  Lalu bagaimana respon tersebut diubah dalam intervensi kebijakan, dan bagaimana hal ini pada gilirannya mengizinkan adanya permukiman informal. Persamaan dan perbedaan antara kebijakan dan keberadaan  permukiman informal di Afrika Selatan dan Brazil adalah penyediaan yang terikat pada bentuk spasial perkotaan dan intervensi kebijakan.
Persamaan yang besar adalah rangkaian politik dan ekonomi di Brazil dan Afrika Selatan dimana bentuk kontur terhadap permukiman informal. Lawrence’s (1994) menyatakan bahwa perbedaan antara African National Congress (ANC) di Afrika Selatan dan Partido dos Trabalhadores (persatuan para pekerja) di Brazil adalah perbedaan kedua negara dalam menerjemahkan struktur kolonial dan nilai pada abad 20 dan mengemukakan bahwa ekspor dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Kopi dari brazil mendominasi ekspor pada tahun 1901, mencapai 53 persen dari total ekspor sebesar 1908. Pada saat itu, Brasil menghasilkan 77 persen dari kopi dunia (Burns ,1970:216). Di Afrika Selatan, penemuan berlian memberi dampak pada perekonomian (Webb,1983:171) , khususnya ekonomi dari sektor geografi pada pertengahan abad 19.(Lester,2000:7). Akan tetapi produksi emas lebih signifikan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi besar-besaran, karena dari tahun 1917 hingga 1939 emas mendominasi ekspor Afrika Selatan hingga 60 % keseluruhan ekspor dan mencapai 72% total ekspor pada tahun 1939. Sedangkan ekspor tertinggi berlian hanya mencapay 13,2% total ekspor pada tahun 1925.
Perekonomian Brazil dan Afrika Selatan menghasilkan disparitas ekonomi wilayah dan kesenjangan sosial. Sektor potensial membentuk bagian dari pasar global sehingga menimbulkan dampak disparitas dan penurunan perekonomian untuk  rural periphery atau semirural periphery. Di Brazil, perekonomian dari kopi hanya berkembang di coffee triangle, yaitu São Paulo, Minas Gerais, and Rio de Janeiro (Burns, 1970: 220). Sedangkan di Afrika Selatan, perekonomian berpusat pada Provinsi Gauteng, lokasi terletaknya Johannesburg. Pasca perang di Brazil dan Afrika Selatan, terjadi penerapan liberalisari  (khususnya untuk menga-upgrade permukiman informal)
Berdasarkan pendapatan perkapita Brazil dan Afrika Selatan, keduanya termasuk dalam middle-income countries karena kesenjangan dalam menumbuhkan perekonomian pada abad 20. Pendapatan perkapita seharusnya merata pada setiap penduduk (distribusi kekayaan). Berdasarkan koefisien Gini, disparitas distribusi kekayaan ditunjukkan dari hanya 10% populasi penduduk yang mempunyai pendapatan sebesar setengah dari pendapatan nasional (GNP) dan meninggalkan sebagian besar penduduk miskin (UNCHS, 1996).
Besarnya urbanisasi di Brazil mengakibatkan kehidupan penduduk miskin yang tinggal di kota. Melalui kebijakan pemerataan pendapatan, tidak termasuk akses ke permukiman formal mengakibatkan penduduk Brazil banyak yang tinggal di kawasan kumuh dan ilegal di pinggiran kota. Di kota-kota di Afrika Selatan, para pekerja yang merupakan migran tinggal di permukiman informal liar. Di Brazil, permukiman informal terdapat di São Paulo and Belo Horizonte, yang hampir 20% populasi penduduknya tinggal di favelas.  Kota-Kota di Afrika Selatan juga mengalami hal yang sama, contohnya Cape Town yang 10% penduduknya tinggal di permukiman informal dan presentasenya mengalami peningkatan secara pasti.

Munculnya Permukiman Informal
Permukiman informal muncul pada lahan yang bukan miliknya dan dibangun semacam shelter untuk tempat tinggal. Hal ini mencadi ciri lansekap di Brazil dan Afrika Selatan sejak abad 19. Di pusat kota Brazil, Rio de Janeiro dan pusat kota Afrika Selatan, munculnya permukiman informal dikaitkan dengan penghapusan perbudakan  dan integrasi sistem sosial ekonomi seperti akses kepemilikan lahan. Implementasi pola distribusi lahan, kepemilikan, dan kebijakan menghasilkan pola yang berbeda dalam permukiman informal di kedua negara tersebut. Undang-undang yang mengatur tentang akses lahan di Brazil adalah Civil Code of 1916 tentang hak mutlak untuk kepemilikan lahan secara pribadi sehingga ada kecenderungan tumbuhnya permukiman informal. Sedangkan di Afrika Selatan, akses lahan didominasi oleh warga kulit putih (pada abad 20) melalui ekspansi lahan. The 1913 Land Act menunjukkan adanya pemisahan yang nyata antara kulit putih dan pribumi dimana warga pribumi tidak dapat mengakses lahan. Dominasi ras putih di Brasil diperkuat oleh undang-undang tanah perkotaan.
Sebagian besar kota-kota di Brazil merupakan kota yang tidak terencana pada tahun 1960an., meskipun sudah terdapat upaya transport planning. Di bawah kontrol GetúlioVargas, ada upaya urban land-use  planning termasuk zonasi penggunaan lahan sebagai upaya preventif untuk mencegah munculnya permukiman informal atau favelas. Vargas, pemimpin Brasil pertama memanfaatkan dukungan kelas pekerja bukan kaum elit dan kelas menengah. Dia memperkenalkan Undang-Undang Tenaga Kerja dan franchise untuk wanita. Negara menjamin perlindungan, kelas pekerja di masa populis  sebelum tahun 1964.
Kebijakan Vargas ditujukan pada kebutuhan kelas pekerja termasuk sebuah dekrit yang mengatur penjualan tanah kepada orang-orang yang berpenghasilan rendah di jalan lingkar perkotaan, sistem pinjaman rumah dan program perumahan bersubsidi (Bonduki,1994:100-101). Dalam Konstitusi 1934, Vargas memperkenalkan konsep social function of property yang menyerahkan penggunaan private property untuk kepentingan sosial masyarakat (Fernandes dan Rolnik, 1998: 145). Selain itu, juga kebijakan yang mengatur kontrol sewa lahan. Akan tetapi, kebijakan ini tidak menguntungkan untuk penduduk berpenghasilan rendah karena adanya investasi sektor swasta untuk sektor industri. Sehingga terjadi penurunan penyediaan kaveling rumah dan bertambahnya penduduk desa yang pindah ke kota mengakibatkan urban periphery semakin luas  serta kembali munculnya permukiman informal.
Di Afrika Selatan, tekanan industrialisasi juga mengakibatkan munculnya pemukiman informal di tahun 1940-an. Pemukiman informal cenderung berkembang luas pada periphery, berbeda dengan di Brazil, pemukiman menyebar sedikit.  Tidak adanya ketersediaan fasilitas untuk para buruh menngakibatkan adanya tuntutan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buruh industri tanpa melihat politik apartheid meskipun banyak ditentang oleh kaum berkulit putih.
Pada tahun 1968 hingga tahun 1974, Brazil dan Afrika Selatan ditandai dengan banyaknya protes tentang penghapusan informal settlement di Rio de Janeiro, Cape Town, dan Durban. Kedua negara tersebut menghapus informal settlement dengan mengadakan uniform townships di Afrika Selatan dan perumahan untuk masuarakat berpenghasilan rendah melalui Brazil’s Banco Nacional da Habitação (National Housing Bank). Sementara pada tahap pertama apartheid, berlangsung melalui tahun 1950-an, diskriminasi rasial melalui ideologi supremasi putih, fase kedua (1960 ke pertengahan 1970-an) melanjutkan kontrol kaum kulit putih dengan konsep penentuan nasib ras sendiri. Adanya relokasi besar-besaran akibat urbanisasi dari desa ke kota mengakibatkan tekanan di kota yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama pada daerah sekitar rural yang merupakan daerah kommuter dari kota.
Cape Town mengalami keadaan sulit, seperti investasi rumah tangga yang berjarak 1.000 km dari basis ekonomi di kota. Hal ini dikarenakan adanya agregasi populasi berdasarkan warna kulit akhirnya memaksa negara untuk meninjau kebijakan urbanisasi. Populasi pedesaan dibuat berlebihan oleh kebijakan ekonomi, kemajuan teknologi, praktek kerja yang pedesaan dan pola land ownership. Terbentuknya Crossroads transit camp untuk squatters di Cape Town pada 1976 merupakan sebuah langkah awal dan bertahap dalam hal asasi di Afrika Selatan. Pada pertengahan tahun 1980, ada pemindahan Crossroads transit camp ke daerah luar periphery Cape Town. Akan tetapi berdampak pada meningkatnya kekerasan.
Daerah penyangga dibanguan di sekitar kota untuk ideological friction-prevention zones yang secara bertahap ditempati. Hasilnya adalah permukiman informal yang mengelilingai perumahan formal di Afrika Selatan. Permukiman informal di Brazil dan Afrika Selatan sejak pertengahan tahun 1970an sebagai tanda adanya pengakuan hak asasi. Sedangkan, continuities dalam distribusi pendapatan adil dan terkait dengan tingginya tingkat urbanisasi memberikan kontribusi terhadap bermunculannnya pemukiman informal baru di kedua negara pada abad ke-20, perubahan politik mengakibatkan sistem kelembagaan kurang represif dalam melakukan pendekatan untuk intervensi. Pada waktu selanjutnya, muncul pendekatan yang berbeda di Brazil dan Afrika Selatan dan berdampak pada kondisi permukiman informal.

Pekembangan dari Pendekatan Intervensi
Selama liberalisasi pasca perang di Brazil dan Afrika Selatan, masyarakat merespon perlindungan terhadap permukiman informal. Di Brazil, Vargas yang memberikan perlindungan terhadap kaum pekerja dimaksudkan untuk stabilitas politik. Akan tetapi itu hanya pada awal pemerintahan sebelum terjadinya kudeta pada hingga tahun 1964. Ketika populasi penduduk yang tinggal di permukiman informal meminta adanya manajemen terhadap komunitas favela melalui program pemerintah. Mengingat penduduk perlu disokong oleh Pemerintah, tetapi kondisi ini sering dijadikan sebagai kendaraan politik untuk mendukung pemerintahan.
Di Afrika Selatan, larangan diskriminasi ras mengakibatkan adanya gerakan dan perlindungan permukiman informal yang menganalisis dinamika informal pemukiman di Johannesburg dari 1944 hingga 1947, berbicara tentang gerakan permukiman informal yang didorong oleh pemimpin individu, mobilisasi ini terdiri dari perekrutan oleh pemimpin, terkadang bergaya otoriter, invasi kolektif lahan, dan pemeliharaan otonomi. Otonomi dibuat oleh kepadatan penduduk dan kewenangan yang dilaksanakan oleh pemimpin. Sedangkan gerakan favela diBrazil didukung oleh partai-partai politik dan dukungan Gereja Katolik. Gerakan masyarakat squatter Afrika Selatan menghindari dua partai politik utama yaitu ANC dan Partai Komunis. Di Brazil dominasi Gereja Katolik dalam memerdekakan negara sejak 1889 meskipun negara tetap mempertahankan kekuasaan melaui dukungan masyarakat dalam oposisi. Sementara ANC terus membujuk untuk meneruskan nilai-nilai Kristiani untuk membangun komunitas politik secara lebih luas. Tetapi di Afrika Selatan tidak diizinkan Gereja Katolik memainkan peran seperti di Brazil.
Di Brazil, Gerakan permukiman informali diperluas melalui Pastoral de Favelas yang melaksanakan tanggung jawab untuk menyejahterakan penduduk melalui komunitas basis Kristiani. Setelah tahun 1974, partai politik, persatuan, Serikat Pekerja dan Kolompok profesional mengambil alih peran politik. Secara paralel dengan gerakan politik yang tercermin oleh pembentukan PT, perkotaan gerakan reformasi diciptakan pada awal 1980-an sebagai mitra perkotaan untuk gerakan reformasi agraria.Gerakan ini, yang membawa bersama-sama populer dan profesional entitas nasional, mempengaruhi proses reformasi konstitusional. Selain instrumen lainnya perkotaan keadilan sosial, dipromosikan pemulihan bermakna konsep fungsi sosial dari properti.
Di Afrika Selatan tekanan untuk reformasi perkotaan berasal dari dua kubu. Di satu sisi, sektor bisnis kaum berkulit putih  telah menciptakan Yayasan Urban pada 1976 dalam menanggapi ketidakstabilan yang dipicu oleh pembantaian brutal polisi dalam memprotes sekolah di Soweto, Johannesburg. Inisiatif pribadi-sektor didanai denganmelakukan riset yang berorientasi pada kebijakan urbanisasi (termasuk penyelesaian permukiman informal) serta tentang situs dan layanan dengan judul freehold sebagai solusi untuk krisis perumahan perkotaan. Di sisi lain, gerakan sipil muncul di kota-kota di Afrika akhir tahun 1970an melalui United Democratic Front untuk memperjuangkan perubahan permukiman formal ke informal. Gerakan sipil mengembangkan sendiri ideologi dan konsep jangka panjang untuk pembangunan, tahun 1980an itu terutama diperlukan untuk menanggapi keadaan boikot untuk mendirikan alternatif struktur pemerintahan. Pengembangan konsep, meskipun rapuh, yang dimasukkan oleh gerakan sipil dari pertengahan 1980an agar 1990an yang berpusat pada demokrasi dan modifikasi kebutuhan dasar termasuk lahan dan perumahan). Hal ni kontras berbeda dengan gerakan populer Brasil, yang menuntut individu memiliki hak untuk ownership.
Di Brazil, adanya desentralisasi kekuasaan politik, dengan dukungan dari sektor neoliberal telah menyebabkan bahwa kebijakan mengenai favelas sebagian besar berlangsung di tingkat subnasional. Pendekatan intervensi satu kota ke kota yang lain mungkin berbeda dan memungkinkan untuk mengembangkan dan mereplikasi demokratis di setiap kota. Bagaimanapun juga tidak ada sistem desentralisasi sektor perumahan yang merupakan batasan kewajiban pemerintah daerah dalam memenuhi perumahan. Sebaliknya, sistem birokrasi terpusat pada sektor perumahan menghambat pemanfaatan dana perumahan nasional. Karena tidak adanya keuangan perumahan sebagai kewajiban politik jangka panjang. Pada dasarnya intervensi Pemerintah adalah respon atas permintaan Pemerintah Daerah dalam rangka subsidi pada permukiman yang terpilih.
Tantangan dalam intervensi favela di Brasil adalah meningkatnya peredaran narkoba di favelas sehingga sulit dalam mengontrol dan memberi perlindungan atas penduduk favelas, terutama di kota Rio de Janeiro. Dalam transisi pemerintahan di Afrika Selatan, distribusi kekuasaan menyebabkan perdebatan atas desentralisasi. Masyarakat minoritas menginginkan adanya desentralisasi, karena itu diberlakukan otonomi pemerintah daerah sebagai sarana untuk melindungi hak minoritas. ANC dianggap sebagai pemerintahan pusat yang kuat, yang berkuasa untuk campur tangan langsung dalam urusan-urusan pemerintah lokal, yang diperlukan untuk mewujudkan hak seperti perumahan. Kebijakan perumahan terpusat dengan program subsidi sebagai modal standar yang diajukan oleh Yayasan Urban.
Pemerintah Afrika Selatan menganggap fungsi subsidi dalam program pemerintah yang lebih bertujuan mengurangi disparitas. Kebijakan makroekonomi neoliberal diadopsi pada tahun 1996 dan berperan yang lebih sederhana untuk semua tingkatan pemerintah. Kebijakan perumahan terpusat memberikan hak kepada rumah tangga berpendapatan rendah subsidi modal. Intervensi permukiman informal perkotaan  di Afrika Selatan tetap didorong oleh standar dan subsidi  modal individual. Subsidi tersebut dirancang untuk produksi wilayah perumahan baru, perkembangan peripherally terletak pada capital-subsidy . Semakin sering intervensi informal-settlement di Afrika Selatan yaitu pemindahan seluruh populasi untuk kontrak baru , pembangunan capital-subsidy besar di pinggiran kota .
Interpretations Of Division And Exclusion:
Diverging Ideological Bases For Intervention
Di Brazil dan Afrika Selatan, Divisi sosial diperlukan untuk memberi hak-hak istimewa seperti akses formal lahan dan perumahan. Di Brazil, instrumen dominan dalam divisi sosial adalah  pembentukan kelas dan dii Afrika Selatan itu kontrol rasial. Keberadaan Divisi sosial di Brasil konsisten dalam menyelesaikan masalah kelas yang lebih dari satu ras. Kelompok kelas Elite di Brazil telah menanggapi adanya pemberontakan budak dan ancaman terhadap pemisahan kulit hitam penduduk Afrika dari komunitas penduduk Brazil. Tetapi pada saat yang sama, negara bagian Brasil mempromosikan upaya mempersatukan penduduk rasial. Dengan demikian , para intelektual Brazil pada awal abad ke-20 menolak adanya doktrin rasis. Di afrika selatan kerangka hukum rasial tersebut yang diatur kecuali yang berhubungan dengan pasar atau kekuatan kapitalis yang membentuk bentuk kelas sosial pada setiap divisi yang mendiskriminasi orang kulit hitam. Di lain pihak, kaum berkulit hitam muncul dalam masyarakat melalui industrialisasi pada tahun 1940. Namun, adanya hak selektif menyebabkan perpecahan antara penduduk Afrika kota antara elite perkotaan dengan masyarakat yang tinggal di permukiman informal urban. Perbedaan hak tersebut terlihat dari jenis akomodasi perkotaan antara perumahan sewa untuk keluarga dan pekerja, hostel, dan berbagai bentuk akomodasi ilegal termasuk pemukiman informal.
Pada 1980-an polarisasi sosio-spasial di negara Afrika Selatan sebagai sarana untuk mendapatkan kontrol atas gerakan antiapartheid. Kekuatan pasar pada 1980-an yang kemudian juga menyebabkan penurunan permintaan pekerjaan yang mengakibatkan penurunan upah, berbeda dengan gerakan masyarakat Afrika semiskilled dan terampil pekerjaan. Hal ini menyebabkan semakin terlihat adanya kesenjangan sosial karena diskriminasi ras. Pengertian tentang ras dan kelas berbeda telah diterapkan oleh negara-negara Afrika Selatan dan Brazil untuk membuat perbedaan dalam strategi dan interpretasi antara kedua.
Di Brazil ada kesadaran intelektual bahwa penyebab utama kekurangan dan pemiskinan adalah eksploitasi kelas pekerja, kurang efisien dan terjangkaunya transportasi, dan kelalaian dalam penyediaan perumahan. Hal ini mengakibatkan adanya ketergantungan terhadap sumber daya dalam memperoleh lahan untuk perumahan. Di Afrika Selatan, adanya analisis kritis dan sensitif terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai ras, etnis, dan identitas yang menimbulkan situasi Afrika Selatan yang kurang kondusif.
Favelas di brazil dan pemukiman informal di afrika selatan yang dihasilkan melalui proses pembangunan yang tidak merata pada abad 20. Permukiman Informal terbentuk secara berbeda di kedua negara. Intervensi kebijakan kedua negara sejak tahun 1970an sudah setengah menyimpang di Brazil, desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah menyebabkan eksplorasi pendekatan demokrasi. Persaingan politik yang ketat di tingkat lokal, dalam konteks sumber daya yang terbatas, memerlukan konsentrasi berkelanjutan dan praktek perlindungan politik. Tantangan di Brazil adalah menentukan nasib demokrasi partisipatoris terhadap pembangunan oleh gerakan-gerakan sosial yang independen serta dilengkapi dengan permintaan untuk peningkatan efisiensi dan demokratisasi struktur nasional, terutama yang berhubungan dengan keuangan dan hukum di tingkat lokal. Di Afrika Selatan, tantangan saat ini pemukiman informal dipahami secara umum sebagai kebutuhan untuk memberikan jumlah unit perumahan standar secara nasional melalui sistem perumahan subsidi, yang terinspirasi oleh permintaan Urban Foundation. Meskipun memudarnya komitmen untuk penyerahan tersebut oleh pemerintah nasional (tercermin dalam pemotongan anggaran perumahan), hak ini terus untuk mencegah gerakan rakyat dan para profesional dengan mengeksplorasi responsif bentuk intervensi informal settlement yang akan menampung inisiatif, selfdetermination atau demokrasi partisipatoris di tingkat lokal. Intervensi untuk mendukung adanya penyelesaian gerakan informal, dan menekan perubahan kebijakan lain yang mempengaruhi situasi penyelesaian gerakan  informal, diantaranya distribusi pendapatan. Interpretasi lain melihat fenomena informal pemukiman tak terkendali sebagai ancaman terhadap keamanan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat formal, terutama kelas menengah (posisi unsur-unsur konservatif dari masyarakat Brasil dan Afrika Selatan). Intervensinya berupa penggusuran dan relokasi ke daerah periphery

Kesimpulan
Terdapat interpretasi yang berbeda mengenai pengklasifikasian golongan masyarakat di Brazil dan di Afrika Selatan. Hal ini mengakibatkan perbedaan dalam penerapan intervensi terhadap sektor permukiman informal yang muncul akibat ketidaksediaan Pemerintah dalam menyuplai kebutuhan perumahan sebagai kebutuhan dasar kehidupan. Terdapat banyak gerakan yang berusaha tetap mempertahankan permukiman informal karena anggapan bahwa adanya permukiman informal merupakan jawaban terhadap kebutuhan  manusia. Selain itu juga, permukiman informal muncul sebagai bentuk ketidaksiapan sistem politik ekonomi yang berlaku dalam membantu menyediakan kemudahan akses ke perumahan.
Pemerintah Brazil dan Afrika Selatan berupaya mempermudah akses masyarakat dengan menyediakan program subsidi perumahan dan menyediakan perumahan sewa untuk golongan ekonomi menengah ke bawah. Sehingga diharapkan munculnya permukiman informal khususnya di daerah periphery sebagai  akibat berlebihan dari migrasi masyarakat desa ke kota dapat berkurang dengan adanya program dari Pemerintah.

Sunday, November 11, 2012

I LOVE MOM AN DAD


Mom DadI promise
I wont let You cry for me but I have to let You smile because of me
I have to give You both a piece of happiness
Altough, I can not give You love like You both poppet me...

Thursday, November 8, 2012

UPAYA INDONESIA DALAM MENGHADAPI KEMISKINAN


Indonesia memandang kemiskinan sebagai prioritas pembangunan. Bentuk nyata dari tindakan Pemerintah adalah dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk menurunkan angka kemiskinan hingga 8 – 10% pada akhir tahun 2014. Hal ini sesuai dengan Tujuan Nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, maka hal yang perlu dilakukan adalah pemberantasan kemiskinan. Dalam Perpres No. 15 Tahun 2010 diamanatkan pembentukan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk lingkup daerah yaitu provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Upaya pengentasan kemiskinan dijabarkan dalam skenario penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Skenario tersebut dibreakdown lagi melalui jalur strategi pembangunan  di Indonesia,
 (1) Pro-Pertumbuhan (pro-growth)
(2) Pro-Lapangan Kerja (pro-job),
(3) Pro-Masyarakat Miskin (pro-poor)
Poin ketiga inilah yang menjadi salah satu agenda prioritas pengentasan kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2012, angka kemiskinan di Indonesia tercatat sudah mengalami penurunan sebesar 0,53%. Bahkan sudah tercatat jumlah masyarakat miskin di Indonesia tahun 1976 adalah 38,8% berkurang menjadi 9,7% di tahun 1996.Kondisi ini merupakan kondisi yang baik karena menurut Worldfactbook, BPS, dan World Bank, penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat pada rentang waktu 2005 – 2009 mengalami laju rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin per tahun sebesar 0,8%. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya mengalami laju pengurangan kemiskinan sebesar 0,1% per tahun.

Ukuran kemiskinan yang biasa digunakan adalah standar pendapatan adalah US$ 1 perhari. Angka US$ 1 bukan diartikan sebagai exchange rate tetapi Purchasing Power Parity (PPP) yang menunjukkan daya beli mata uang di suatu negara untuk membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang sama kualitas dan jumlahnya di negara lain. Dengan menggunakan US$ PPP tadi, maka garis kemiskinan nasional pada saat ini adalah sekitar 1,25 US$ PPP per kapita per hari.
Kemiskinan bukan hanya dilihat secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif. Hal ini dikarenakan terdapat nilai-nilai lokal yang menjadi variasi dalam membatasi pengertian kemiskinan. Bahkan terdapat kajian bahwa terdapat perbedaan antara kemiskinan pedesaan dengan perkotaan.
Kemiskinan merupakan masalah yang sudah secara global menjadi perhatian dunia. Pengembangan program pengentasan kemiskinan dilakukan setiap negara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk miskin dimana rata-rata penduduk miskin berada di perkotaan. Bahkan mengurangi laju pertumbuhan miskin. Namun, perlu diketahui bahwa manusia mempunyai hak dasar untuk hidup sehingga masyarakat miskin perlu mendapat perhatian bahwa Pemerintah beserta pemangku kepentingan lain mempunyai dorongan untuk mengentaskan kemiskinan.


MANUSIA DAN MOTIVASI


A.     Pendahuluan
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang mempunyai mimpi dan  keinginan. Dia makhluk paling sempurna yang Tuhan ciptakan di muka bumi. Sebagai seorang manusia pasti sangat menginginkan apa yang dia harapkan dapat tercapai. Secara naluriah, manusia akan melakukan sesuatu yang ada dalam pikirannya untuk mewujudkan apa yang dikehendaki.
Mimpi dan keinginan manusia akan mewujudkan motivasi yang tinggi. Motivasi yang tinggi merupakan kunci penting yang menentukan untuk merealisasikan keinginannya.”Kita semua mempunyai impian. Kita semua ingin mempercayai dalam jiwa kita yang terdalam, bahwa kita mempunyai karunia istimewa, bahwa kita bisa menghasilkan perbedaan, bahwa kita bisa menyentuh sesama kita dengan cara yang istimewa, dan bahwa kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik”. (Robbins, 2004:11)
Motivasi dan hasrat berlebih terkadang juga mempunyai efek buruk. Implikasi dari motivasi berlebih dapat memicu stress. Jadi, diperlukan penguasaan terhadap diri dan pengendalian diri yang kuat agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan.

B.     Langkah-Langkah Raksasa
Suatu impian,akan terealisasikan jika ada niat dan usaha yang disertai dengan doa tiap individu.
1. Niatilah dari Hati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, niat diartikan sebagai maksud atau tujuan suatu perbuatan atau kehendak (keinginan dari hati) akan melakukan sesuatu.


Niat timbul dari hati nurani, bisikan hati yang terdalam. Dorongan dalam diri untuk merealisasikan apa yang ingin diwujudkan. Seperti apa yang dilakukan oleh Rosa Parks.
Pada tahun 1955, Rosa Parks mengambil keputusan untuk menentang hukum yang tidak adil, yang mendiskriminasinya karena rasnya. Ketidaksediaannya untuk memberikan tempat duduknya di bis itu mendatangkan ganjaran-ganjaran yang jauh melampaui apa yang mungkin disadarinya saat itu. Apakah saat itu berniat mengubah struktur masyarakat? Apapun niatnya saat itu, komitmennya terhadap standar yang lebih tinggi mendorongnya untuk bertindak” (Robbins, 2004:18).

2. Usaha
Definisi usaha yang terdapat dalam KBBI edisi ketiga, usaha merupakan kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud atau pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, dan daya upaya).
Usaha merupakan bentuk konkret dari niat. Manusia mulai dapat melakukan suatu usaha jika niat yang ada dalam hati sangat kuat, sehingga mulailah menusia mengambil keputusan untuk bertindak.
Edison (dalam Robbins,2004:305) menyatakan bahwa “seandainya kita semua melakukan hal-hal yang mampu kita lakukan, kita benar-benar akan mencengangkan diri sendiri.”
Ingatlah bahwa hidup adalah pilihan. Yakinlah bahwa jalan hidup yang kita pilih adalah bimbingan Tuhan. “Kita mungkin ga’ sanggup mengubah arah angin, tetapi kita bisa mengubah arah perahu kita untuk mencapai tujuan. Meski untuk itu dibutuhkan upaya dan kerja keras berlipat” (Mustamin, 2009:9).

3. Sukses atau Gagal, Bukanlah Akhir dari Perjalanan
Dalam konteks kehidupan, jatuh dalam keterpurukan juga dapat dialami. Karena hidup bagaikan roda yang berputar, jadi “sukses maupun gagal bukan akhir dari suatu kejadian tunggal”(Robbins, 2004:19).
Untuk mewaspadai terjadinya kegagalan yang tidak  diharapkan,maka gunakan latihan untuk meningkatkan komitmen,”putuskanlah apa yang benar-benar Anda inginkan, dan tentukanlah apa yang menghalangi Anda untuk mendapatkannya sekarang” (Robbins,2004:150).

Twain (dalam Robbins, 2004:182) mengatakan,”Pelaku yang sangat berkuasa adalah kata-kata yang tepat. Setiap kali kita menemukan salah satu kata-kata yang sangat tepat itu efeknya sungguh mempengaruhi fisik maupun rohani, dan sangat mengusik.”
Namun, terkadang tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan kemampuan berpikir manusia. Oleh karena itu, memerlukan kebenaran wahyu Tuhan. Kebenaran itu harus bersifat mutlak dan sebagai manusia kita harus meyakininya” ( Nawawi, 1985:4-5).
Saat merasa gagal maupun merasa sukses, emosi seseorang sedang diuji. Bagaimana diri manusia menguasai emosinya agar tidak berlebihan adalah kunci menguasai hidup. Cerdas dalam emosi, hal penting dalam menjalani kehidupan yang naik turun.

C.     Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia diberi kelebihan yaitu mempunyai kehendak sehingga dia dapat bermimpi, mempunyai masa depan gemilang. Mengaplikasikan mimpi yang ia punya pada realita kehidupan.
Mimpi dan harapan pasti dimiliki setiap manusia, tetapi bagaimana manusia itu sendiri merealisasikan mimpi agar menjadi nyata adalah suatu tantangan pribadi. Niat dan usaha yang disertai dengan doa merupakan kunci utama meraih mimpi dan harapan.
Namun, motivasi yang sangat kuat bisa memicu timbulnya usaha di luar batas kewajaran. Pada intinya, penguasaan diri terhadap emosi masih merupakan patokan individu tersebut kuat mental atau tidak dalam menghadapi kejamnya dunia.

SUMBER :

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Mustamin, Ryana. 2009. “Reruntuhan Musim”. dalam Story. Selasa, 25 Agustus. hlm. 9. Jakarta

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Robbins, Anthony. 2004. Langkah-Langkah Raksasa. (Terj.) Arvin Saputra. Batam: Interaksara



Robbins, Anthony. 2004. Langkah-Langkah Raksasa. (Terj.) Arvin Saputra. Batam: Interaksara